Anda masih membahas heboh disertasi mahasiswa doktoral
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tentang seks di luar nikah
ya?.
Memang kontroversial kan. Penulis disertasi, yakni Abdul
Aziz berpendapat jika hubungan seks di luar nikah diperbolehkan dari agama.
Aziz juga mendasarkan pada konsep milk al yamin dari intelektual muslim Suriah,
Muhammad Syahrur.
Bicara soal seks yang anti mainstrem, bertahun-tahun lalu juga
sudah menjadi perbincangan juga lho, bagaimana seks di luar angkasa. Benefitnya
bagaimana sih, kan itu di lingkungan yang berbeda dengan di Bumi.
Dikutip dari laman Guesehat, Rabu 4 September 2019, seks di
luar angkasa bisa-bisa saja sih, namun dengan lingkungan tanpa gravitasi,
ngeseks di luar Bumi ini akan menemui berbagai kesulitan dan risiko lho. Tidak percaya?
Ini ulasannya.
Sulit dilakukan
Jika ngeseks tanpa lingkungan gravitasi bagaimana coba.
Kebayang tidak sih saat sejoli kontak fisik tanpa gravitasi. Para ahli
berpendapat bakalan susah. Seks yang sempurna perlu gravitasi untuk keselarasan
gerakan pasangan.
Alat seks berteknologi tinggi
Lantas, bagaimana kalau astronot suatu saat tidak tahan mau
berhubungan seks di luar angkasa tuh? Para ahli mengatakan, jika maksa sih
butuh tuh alat berteknologi tinggi yang bisa mencegah astronot melayang dan
menjauh satu sama lainnya. Alat seks ini serupa dengan alat gym gitu lho.
Alat seks ini bisa memastikan pasangan pria dan juga wanita
bisa menempel dengan lantai dan kontak fisik bisa berjalan dengan mulus.
Gairah seks dan ereksi
Berhubungan seks di luar angkasa bukan cuma untuk melihatkan
tantangan kontak fisik saja lho. Sistem kerja bagian dalam tubuh orang yang
ngeseks di luar angkasa juga mempunyai resiko yang sangat tinggi.
Biasanya kan jika di daratan Bumi nih, peredaran darah
mengalir ke bawah, nah di luar Bumi ini peredaran darah akan tersebar dengan jumlah
yang sama ke seluruh tubuh.
Jantung yang biasanya bekerja keras memompa darah ke seluruh
tubuh akan berkurang kerjanya lho, dan juga pasti akan menyusut.
Padahal, salah satu faktor wanita dan pria terangsang ialah banyaknya
aliran darah ke daerah genital. Apalagi sebuah penelitian menunjukkan, astronot
pria dapat mengalami penurunan kadar testosteron, ereksi jadi sulit gairah seks
juga sama susah. Gimana tuh jika begitu?
Bisa hamil tidak?
Para ahli tegas menjawabnya ada kemungkinannya sebab
fertilisasi tidak perlu gravitasi. Penelitian oleh Proceedings of the National
Academy of Sciences menemukan, sperma tikus yang disimpan di Stasiun Luar
Angkasa Internasional selama 9 bulan dan juga dibawa kembali ke bumi untuk
dikawinkan dengan sel telur dapat menghasilkan keturunan normal.
Namun hamil di luar angkasa punya resiko radiasi yang tinggi
dan bisa-bisa itu janin rusak lho. Lingkungan gravitasi dapat menghambat
perkembangan struktur tulang bayi, kesehatan sang calon ibu juga terancam karna
kurangnya gravitasi, yaitu dapat mengalami kehamilan ektopik atau kehamilan
luar rahim.
Cegah hamil gimana?
Para ahli menyarankan, konsumsi kontrasepsi reversibel
terlebih dahulu, supaya cegah kehamilan. Kontrasepsi reversibel sifatnya bisa
dihentikan setiap saat tanpa efek lama untuk mengembalikan kesuburan wanita.
Penelitian Universitas King’s College London di Inggris dan
Baylor College di Amerika Serikat menunjukkan, kontrasepsi reversibel ialah solusi
terbaik untuk berhubungan seks di luar angkasa. Selain itu, kontrasepsi
reversibel juga dapat menahan siklus menstruasi yang bakalan ribet untuk
ditangani saat berada pada luar angkasa.
Gitu sih berbagai risiko dan tantangan seks di luar angkasa.
Bagaimana menurut anda?