Minggu lalu sejumlah situs nasional seperti harian Tempo dan
merdeka.com merilis berita adanya gerakan
“jihad seks” wanita-wanita Tunisia ke Suriah.
Menurut berita itu, mengutip Menteri Dalam Negeri Tunisia
Lotfi Bin Jeddo, wanita-wanita tersebut datang ke Suriah supaya “menghibur”
pejuang oposisi. Disebutkan, setelah berhubungan dengan 20, 30, atau 100 laki-laki,
mereka kembali ke Tunisia dalam kondisi hamil.
Masyarakat Tunisia sendiri kebanyakan menganggap pernyataan
itu ialah kedustaan yang besar. Dikutip dari Al Jazeera, warga Tunisia bernama
Abeer Musalam mengatakan, “Kebohongan paling bodoh yang pernah dinyatakan.”
Pada pemberitaan media internasional dan nasional, dipasang
gambar seorang lelaki dan juga perempuan yang diduga melakukan “jihad seks”
tersebut. Siapakah perempuan itu?
Nama wanita itu adalah Ummu Jaafar dan suaminya Abu Jaafar.
Ummu Jaafar ialah seorang ibu yang bergabung dengan pasukan Mujahidin Suriah
bersama suaminya Abu Jaafar di Aleppo, Suriah. Ummu Jaafar dan Abu Jaafar telah
memiliki anak perempuan yang bernama Faten.
Layaknya keluarga pada umumnya, sebelum bertempur Ummu dan
Abu Jaafar bercanda dengan Faten. Setelah menyenangkan buah hatinya, mereka juga
mempersiapkan senjata untuk bertempur melawan pasukan pemerintah Suriah.
Ummu Jaafar bertempur seperti layaknya kaum pria. Bedanya
Abu Jaafar selalu di sampingnya untuk melindungi istri tercintanya. Wanita
Muslimah seperti inilah yang diberitakan melakukan “jihad seks” hingga hamil
oleh media-media sekuler.
Sementara itu, pejabat Tentara Pembebasan Suriah (FSA)
membantah klaim adanya praktik “jihad seks” di Suriah. Secara tegas dia
mengatakan bahwa tak ada tanda-tanda praktik tersebut di wilayah yang berada di
bawah kendali mereka.
“Klaim tentang ‘jihad seks’ ini adalah permainan media,” ujar
Jenderal Qassim Saad al-Din, seorang anggota Komando Tinggi FSA kepada kantor
berita Turki Anadolu, Sabtu (21/9).
Propaganda wanita Tunisa yang menjadi “penghibur” oposisi di
Suriah, menjadi jelas jika istilah “jihad seks” adalah perang isu dan upaya
memberikan stigma negatif terhadap jihad di Suriah yang selama ini memiliki
reputasi yang baik. Mengapa tidak memakai istilah prostitusi atau yang sejenis?
Mengapa memakai kata “jihad”?
Dalam Qur’an surat surat At Taubah ayat 32 Allah
mengingatkan kita,“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (Din) Allah dengan
mulut (ucapan- ucapan) mereka.”