Sexsomania ialah kelainan tidur yang menyebabkan orang
serasa berhubungan seks atau bermasturbasi ketika tidur. Sexsomnia termasuk
dalam kategori payung parasomnia, yang merupakan aktivitas yang mengganggu,
abnormal, dan kebiasaan yang terjadi antara dan selama tahap tidur nyenyak.
Seorang wanita berumur 26 tahun mengaku mengalami sexsomnia,
di mana dia berhubungan seks pada saat tidur. Itu terjadi setidaknya 3 kali
seminggu.
"Saya juga bangun dan mendapati diri saya
bermasturbasi, terengah-engah, dan di ambang orgasme. Saya selalu
menyelesaikannya dan kemudian tertidur kembali sesudahnya," ungkap seorang
sumber kepada Health.
Sexsomnia juga dikenal ialah seks tidur (sleep sex). Sexsomania
ialah kelainan tidur yang jarang terjadi yang menyebabkan orang melakukan
hubungan seks atau bermasturbasi pada saat tidur.
"Meskipun saya belum didiagnosis secara klinis dengan
sexsomnia, saya mengalami gangguan ini selama yang saya ingat. Tapi, dalam
beberapa tahun terakhir, terjadi lebih teratur," lanjut sumber tersebut.
Seiring dengan iritasi fisik, sexsomnia juga membawa
frustrasi emosional. Itu karena tak memiliki kendali atas perilaku ini, atau juga
bahkan kesadaran akan apa yang dilakukan sampai semuanya berakhir.
"Meskipun saya tak pernah mencoba melakukan hubungan
seks dengan pasangan, saya masih merasa ngeri dengan kenangan tidur di rumah
seorang teman lama dan mengetahui jika saya membangunkan seluruh keluarga
dengan erangan keras saya," katanya.
Sexsomnia termasuk pada kategori payung parasomnia, yang adalah
aktivitas yang mengganggu, abnormal, dan juga kebiasaan yang terjadi antara dan
selama tahap tidur nyenyak. Parasomnia lainnya termasuk berjalan sambil tidur,
teror malam, dan juga makan sambil tidur.
Gejala dan pemicu sexsomnia
Sexsomnia jauh lebih dari sekadar mimpi seksi yang jarang
terjadi. Orang-orang yang mengalami gangguan ini juga akan sering mengalami
erangan, dorongan panggul, dan masturbasi atau memulai hubungan seksual dengan
orang yang berbaring di samping mereka, semua terjadi pada saat mereka
tertidur.
Menurut sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam
Jurnal Sleep, pria lebih mungkin mengalami sexsomnia daripada wanita.
Penelitian lain, yang diterbitkan dari Opini Terkini dalam Pengobatan Paru-paru
pada tahun 2016, menemukan jika sexsomniac pria lebih mungkin untuk mencoba
melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Sedangkan wanita dengan sexsomnia
cenderung masturbasi.
Studi 2016 menegaskan jika perilaku ini amnesia, artinya
mereka terjadi dengan keadaan bingung. Sebagian terjaga dan kemungkinan tak akan
diingat setelah orang tersebut benar-benar bangun. Ini juga menunjukkan jika sexsomnia
bisa terjadi bersama dengan parasomnia lainnya.
Apa yang memicu sexsomnia?
Alex Dimitriu, MD, psikiatri dan pendiri Menlo Park
Psychiatry dan Sleep Medicine di New Jersey, mengatakan kepada Health tentang
pemicu sexsomnia. Pada dasarnya apa pun yang mengganggu pola tidur normal dan
sehat, seperti minum alkohol atau mengonsumsi kafein terlalu dekat dengan waktu
tidur.
Mempertahankan jadwal tidur yang tak teratur atau tak cukup
tidur bisa menyebabkan sexsomnia juga. Lebih jarang, apnea tidur, kejang, atau
kondisi yang disebut juga gangguan perilaku REM juga bisa berkontribusi.
Depresi, kecemasan, dan kurangnya aktivitas seksual juga dapat memengaruhi
seberapa sering sexsomnia terjadi.
Gail Saltz, MD, profesor psikiatri di Rumah Sakit
Presbyterian New York, Weill-Cornell Medical College, mengatakan gangguan tidur
seperti sexsomnia diperburuk oleh obat-obatan tertentu. Termasuk juga banyak
obat psikiatrik. Menjadi sangat stres bisa menjadi faktor juga, kata Dr. Saltz.
"Jika sexsomnia menjadi masalah nyata, seperti pasangan
Anda terganggu karenanya, Anda melakukan hal-hal yang Anda atau pasangan Anda tak
inginkan, atau ada bahaya. Carilah bantuan," Dr. Saltz merekomendasikan.
Apakah sexsomnia dialami seumur hidup?
Berbicara tentang perawatan, sayangnya tak ada obat ajaib
untuk sexsomnia. Namun ada beberapa langkah yang bisa Anda ambil agar jarang
terjadi atau bahkan menghentikan sepenuhnya.
Orang yang tidur bersama sexsomniac seringkali bisa
menghentikan episode sexsomnia dengan mendorong pasangan mereka menjauh atau
tidak menanggapi mereka. Adapun sexsomniac sendiri, mereka bisa berupaya
mendapatkan kualitas tidur yang lebih baik, mengurangi tingkat stres, stop
konsumsi narkoba dan alkohol, dan melakukan lebih banyak seks dalam kondisi
sadar.
Perawatan juga harus dimulai dengan mengoptimalkan dan
menghilangkan pemicu. Jika perilaku ini berlanjut, maka diskusikan dengan
dokter Anda atau spesialis tidur.