Aktif berhubungan seks bisa mengurangi risiko kematian
setelah seseorang mengalami serangan jantung. Temuan ini berdasarkan penelitian
baru yang dilakukan dari ilmuwan dari University College London, Inggris.
Hasil studi berjudul Frequency of sexual activity and
long-term survival after acute myocardial infarction yang dipublikasikan The
American Journal of Medicine pada Juni 2019 mengungkapkan, orang yang selamat
dari serangan jantung serta memiliki kehidupan seks aktif cukup rendah
kemungkinan meninggal lebih cepat dibandingkan yang jarang bercinta.
Melansir laman Mirror, Rabu (7/8/2019), para peneliti juga telah
memantau kehidupan 1.120 pria dan wanita, berusia 65 tahun atau lebih muda
setelah mereka didera serangan jantung pertama kali. Hingga 22 tahun berselang
selama masa studi, 524 orang meninggal.
"Dari laporan yang masuk, mereka yang berhubungan seks
lebih dari sekali seminggu (37 persen) lebih kecil kemungkinannya untuk
meninggal selama pada masa studi. Peserta yang berhubungan seks setiap minggu
kemungkinan 33 persen lebih kecil untuk meninggal," kata Kepala Departemen
Behavioural Science and Health, University College London, Andrew Steptoe dalam
studinya.
Sementara ini, peserta penyintas serangan jantung yang melaporkan
berhubungan seks tak sering, 28 persen lebih kecil kemungkinannya untuk
meninggal selama masa studi berlangsung.
Andrew menambahkan, orang-orang yang aktif secara seksual
pada umumnya lebih sehat, baik saat mereka masih berusia muda maupun lansia.
Studi juga menemukan, orang-orang yang berhubungan seks
lebih dari seminggu sebelum serangan jantung rata-rata berumur 49 tahun.
"Untuk usia rata-rata 58 tahun ini peserta yang tak berhubungan
seks sama sekali setahun, sebelum didera serangan jantung," tambahnya.
Orang yang tak aktif secara seksual juga lebih mungkin
memiliki tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan berbagai
masalah kesehatan kronis sebelum serangan jantung dibandingkan orang yang
berhubungan seks lebih dari sekali seminggu.