Cerita Lucu Dokter Kelamin
Seorang dokter sedang menangis tersedu-sedu didepan sebuah
makam yang tanahnya masih merah. Uniknya dipusara makam ada batu nisan
berbentuk “HATI”.
Petruk: “Sudah, ikhlaskan saja, jangan menangis.”
Dokter: “Mas, gimana saya tak sedih. Bagaimana kalau saya
yang mati?”
Petruk: “Semua orang pasti mati, Dok!”
Dokter: “Begini lho, Mas Petruk, yang mati ini teman saya.
Kami para kumpulan Dokter Spesialis juga sudah sepakat, siapa saja diantara
kami yang mati maka akan dibuatkan batu nisan dengan gambar sesuai bidang
spesialis yang kami tekuni.”
Petruk: “Ooo, teman dokter yang mati ini apa spesialisnya?”
Dokter: “Dia spesialis HATI. Makanya batu nisan dia
berbentuk hati.”
Petruk: “Lalu apa yang membuat anda begitu khawatir?”
Dokter: “Lahh, kalau saya mati, tidak bisa ngebayangin batu
nisan yang akan dibuat untuk saya.”
Petruk: “Emang dokter spesialis apa?”
Dokter: “Saya kan Dokter spesialis KELAMIN, Mas Petruk!!”
Cerita Lucu Dokter Kulit Dan Kelamin
Dua jam menunggu dokter spesialis kulit dan kelamin, membuat
Omas marah.
Omas: “Dokter, seminggu lalu dokter janjikan saya akan
segera dioperasi. Namun, sekarang malah dokter minta dokter THT mengoperasi
hidung saya. Gimana sih dokter ini,hah?”
Dokter: “Begini ya Nona Omas. Saya tidak mau hasil operasi
saya tak diketahui dengan baik oleh pasien saya.”
Omas: “Maksudnya?”
Dokter: “inilah alasan saya meminta dokter THT mengoperasi
hidung nona terlebih dahulu.”
Omas: “Memangnya mengapa dengan hidung saya. Kan tak ada
masalah?”
Dokter: “Bagaimana jika nona Omas ikuti pendapat saya.
Karena saya tidak akan melakukan operasi jika nona tak terlebih dahulu
melakukan operasi hidung.”
Omas tidak mampu melawan kekuasan dokter. Dia pasrah dan langsung
mengikuti saran dokter kulit dan kelamin. Dan, ini artinya sepanjang hari ini, dia
akan berada di rumah sakit. Setelah menunggu dua jam lebih, akhirnya ia bisa
menemui dokter THT.
Omas: “Dokter, apa alasan dokter kulit dan kelamin meminta
saya melakukan operasi hidung?”
Dokter: “Begini nona Omas. pendapat dokter kulit dan kelamin
benar. Dia tidak mau hasil operasinya tidak diketahui oleh pasiennya.”
Omas:“Maksud dokter?”
Dokter: “Coba nona ingat-ingat. Apakah nona tidak membaui
sesuatu di sini?”
Omas: “Bau apa dokter?”
Dokter: “Apakah hidung nona tidak membaui sesuatu?”
Omas: “Tidak ada bau apa-apa kok, dokter.”
Dokter: “Itulah alasan dokter kulit dan kelamin mengirim
nona ke saya.”
Omas: (Merasa dipermainkan oleh kedua dokter spesialis ini)
“Dokter mohon untuk tidak macam-macam ya. Saya itu dari pagi di rumah sakit
ini. Tadi saya juga nunggu dokter kulit dua jam. Sampai ketemu dokter, saya
nunggu dua jam lagi. Kok sekarang dokter jadi bicara yang gak jelas begitu?”
Dokter: “Nona Omas tahu apa penyebab dokter kulit tidak mau
segera mengoperasi vagina nona?”
Omas: “Memangnya ada apa dengan vagina saya, dokter?”
Dokter: “Tadi saya tanya, apa nona tak membaui sesuatu? Apa
jawab nona?”
Omas: “Ya tidak bau apa-apa.”
Dokter: “Itulah alasannya hidung nona harus dioperasi dulu.”
Omas: “Kata dokter kulit dan kelamin, vagina saya yang ada
masalah. Sekarang ketemu dokter THT, malah hidung saya yang menjadi bermasalah.
Memang bau apa, sih, dok?”
Dokter: “Baunya menyengat sekali.”